Jumat, 05 Juli 2013

Booming Tenun Motif Rangrang Sampai di Sentra Tenun Troso Jepara

Tenun Rangrang khas Bali menjadi inspirasi motif tenun Troso Jepara. Akhir-akhir ini, semakin banyak pengrajin tenun di Desa Troso Kabupaten Jepara yang membuat karya tenun bermotif belah ketupat panjang berjajar. Sekilas, motif yang terlihat mirip memang mirip kain rangrang di Bali sehingga dikenal dengan motif rangrang.

Menurut pengrajin tenun Syari (33), banyaknya permintaan tenun motif rangrang dari pedagang tenun mendorong pengrajin membuat motif itu. "Banyak permintaan motif rangrang dari Bali. Pedagang saya juga minta saya buat motif rangrang," katanya.

Di situs penjualan kain tenun online populer http://tenuncantik.com/, tenun motif rangrang terpajang di halaman utama sejak Jum'at (5/7). "Tenun Rangrang beberapa bulan lalu memang sedang naik daun. Banyak media massa yang mengulas karena sering digunakan desainer terkenal dalam rancangannya. Tenun endek pun terinspirasi booming rangrang," kata Hamdan (29) salahsatu pendiri www.tokotenun.com.

Menurut Hamdan, endek motif rangrang mempunyai kelebihan mudah diaplikasikan dalam busana. "Beda dengan kain rangrang Bali, endek motif rangrang kainnya tipis seperti batik sehingga mudah dibuat baju dan mudah pula perawatannya. Harganya pun lebih rendah," tambahnya.


Continue reading

Minggu, 17 Februari 2013

Primadona Tenun Ikat Troso Jepara

tenun troso jepara
Tenuna - Selama beberapa dekade, Jepara dikenal sebagai penghasil kerajinan ukir dan mebel. Tak hanya itu, Jepara juga menghasilkan kerajinan tenun ikat, tepatnya di Desa Troso, Kecamatan Pecangaan, Kabupaten Jepara.

Letak sentra kerajinan tenun Troso tidak begitu sulit dijangkau. Dari Semarang, kita bisa mencapainya dengan kendaraan pribadi atau angkutan umum sekitar dua jam perjalanan.  Desa Troso terletak sekitar 15 KM sebelum pusat kota Jepara.

Begitu melewati gapura kawasan sentra tenun Troso, kita akan menemukan deretan toko yang memajang berbagai produk tenun. Dari kain tenun, baju, selimut, taplak, selendang sampai sarung bantal. Harganya bervariasi mulai Rp 50.000 sampai ratusan ribu rupiah. Relatif murah untuk ukuran produk tenun tradisional.
Konon, ketrampilan menenun dimiliki penduduk sejak abad VI. Ulama legendaris Mbah Datuk Gurnadi dari Singaraja Bali dipercaya sebagai orang yang pertama menyebarkan Islam dan mengajarkan keterampilan menenun.

Pada masa penjajahan Belanda dan Jepang, aktivitas menenun jarang dilakukan dan hanya membuat sarung untuk pakaian sehari-hari. Setelah kemerdekaan Indonesia dan semakin stabilnya kondisi politik, tenun mulai dijadikan aktivitas ekonomi penduduk Desa Troso. Mereka menjual hasil produksinya ke pasar-pasar besar di Kudus, Solo, Surabaya sampai Bali. Di pulau dewata inilah tenun Troso mendapat sambutan hangat.

Hingga sekarang, Bali masih menjadi pasar utama dengan pangsa pasar hampir 90%. Tak heran, motif Bali mempunyai pengaruh kuat pada tenun Troso. Selain Bali, pasar lain adalah Lombok, Flores, dan Jakarta. Saat ini, terdapat sekitar 250 pengrajin tenun Troso dari skala home industri sampai pabrik.

Selain pemasaran ke luar daerah, tenun Troso juga mulai dipasarkan di kawasan sendiri. Wisatawan mulai berdatangan untuk menyaksikan proses produksi sekaligus belanja tenun. Agen perjalanan wisata pun mulai melirik Troso dalam paket wisata Jepara untuk digabungkan dengan Karimunjawa, Pantai Kartini maupun sentra ukir.

Publikasi media massa dan generasi muda penduduk Troso yang mulai memasarkan produk tenun secara online di internet juga turut andil menjadikan tenun Troso Jepara sebagai primadona baru kain tradisional Indonesia.
Continue reading