Sabtu, 30 November 2013

Kain Tenun Luntur, Bagaimana Tips Cara Mengetahui dan Merawatnya?



Kain tenun luntur menjadi salahsatu faktor utama yang membuat pembeli gamang. Bahkan lepasnya bahan pewarna menjadi "musuh utama" kain tradisional yang unik ini. Biasanya kain tenun luntur diketahui setelah dicuci. Warnanya menjadi pudar dan bahkan coraknya hilang sama sekali.

Kain tenun cantik yang kita sayangi, sekali dicuci warnanya pudar tidak karuan. Ada yang sampai motifnya berganti menjadi motif "abstrak" dan setelah dicuci beberapa kain akhirnya menjadi kain polos. Sedih bukan?

Nah, biar tidak terjadi seperti ini ada baiknya kita ikuti saran Maria dari www.tokotenun.com toko online yang menyediakan aneka kain tenun berkualitas.

Penyebab Kain Tenun Luntur
Umumnya, penyebab kain tenun luntur adalah pewarna yang mudah larut air. Proceon salahsatunya, dibuat dengan basis air sehingga sangat mudah luntur. Harga pewarnanya relatif murah dan menghasilkan warna yang cerah cemerlang seperti cat air. Pewarna alam juga cenderung mudah luntur (Baca di: wolipop.detik.com)

Penyebab lain, benang yang digunakan tidak maksimal menyerap pewarna. Benang paling bagus dalam penyerapan warna adalah katun yang terbuat dari kapas. Semakin berkualitas jenis katun akan semakin baik. Lihat artikel: Ragam Benang Katun untuk Tenun.

Jangan Langsung Dicuci
Pertama, kain tenun jangan langsung dicuci sebelum kita yakin luntur atau tidaknya kain tenun. Kalau sudah terlanjur dicuci dan luntur tentu tidak dapat dipakai bukan? Beruntung kalau masih ada coraknya. Bagaimana kalau langsung pudar tidak karuan bahkan hilang semua warnanya?

Tujuan mengetahui kain tenun luntur sebelum dicuci agar jika luntur kain tenun masih bisa dipergunakan dengan perawatan yang tepat. "So, selalu ingat jangan mencuci kain tenun yang baru dibeli sebelum kita mengujinya," pesan Maria dari tokotenun.com

Cara Menguji Kain Luntur


warna tidak luntur maka dipastikan warna tersebut aman, tidak luntur pada seluruh kain," sambungnya wanita yang tinggal di kawasan sentra tenun Troso Jepara ini.

Coba kita perhatikan foto di atas. Setelah ditetesi air, warna kuning pada corak luntur merembes. Di sekitar warna kuning, warna dasar biru tercampur kuning hingga menjadi hijau. Dapat dipastikan, warna kuning termasuk luntur berat.

Jika setelah dipercikkan air tidak ada warna yang merembes pada warna lain, keringkan dan amati lagi. Apakah ada perbedaan yang mencolok antara warna yang telah tertetes air dan yang belum tersentuh air. Kita lakukan pengujian selanjutnya.



Jika air menjadi berwarna, perhatikan kainnya. Luntur berat membuat pewarna pada kain hilang/pudar dan beralih pada air. Namun jika kain yang telah dicelup tidak langsung pudar warnanya, maka termasuk kategori luntur sedang.


Luntur sedang bisa terjadi karena ada sisa pewarna yang masih menempel pada kain pada waktu proses pewarnaan. Sisa pewarna disebabkan kurang bersih pada waktu pembilasan akhir. Sedangkan pewarna sendiri masih kuat terserap pada kain.

Kategori luntur ringan ditandai air pada pengujian hanya sedikit keruh, tidak sampai berubah warna.


Merawat Kain Tenun Luntur
Pada kerajinan tenun ikat, luntur sedang dan luntur ringan bukan merupakan luntur dalam arti corak kain cepat pudar. Luntur yang terlihat lebih pada kurang bersihnya proses pembilasan yang dengan sendiri teratasi setelah beberapa kali dicuci.

Kita hanya perlu memisahkan pencucian kain tenun dengan pakaian lain sampai dipastikan kain tenun tidak lagi ada sisa pewarna. Kalau telaten, bisa juga langsung kita bilas berkali-kali agar sisa pewarna hilang. Bisa juga menggunakan detergen namun jangan direndam sebagaimana Tips Cara Merawat Kain Tenun pada umumnya.

Sedangkan pada kategori luntur berat, mutlak harus memakai dry clean.
Continue reading

Sabtu, 16 November 2013

Proses Pembuatan Kain Tenun Ikat ATBM: Menenun Benang Jadi Kain (3)

Alat tenun dengan sekoci di atasnya
Berbeda dengan batik, kerajinan tenun tidak hanya membuat kreasi pola dan gambar. Keunikan kain juga ditentukan oleh proses mengolah benang menjadi kain melalui alat tenun bukan mesin (ATBM). Pada tahap inilah akan menentukan selembar kain sesuai standar kualitas produk http://tenuncantik.com/ atau hanya terlihat bagus dalam foto. Dalam proses menenun, dalam kerapatan benang, kerapian motif dan kehalusan kain akan terbentuk.

Pada persiapan awal, pastikan benang lungsi atau lusi sudah siap terpasang pada alat tenun. Silakan baca prosesnya di tulisan: Proses Pembuatan Kain Tenun Ikat ATBM: Membuat Benang Lungsi (1). Pemasangan benang lungsi juga memerlukan penyetelan meliputi tinggi rendahnya bum, rapat kendornya benang, dan aspek lain yang harus "pas". Proses ini pun mirip setting motor dalam balapan, tidak ada ukuran baku harus dicoba kemudian yang kurang pas diperbaiki. Sering dikenal dengan istilah NYETEL atau membuat setelan yang pas.

Persiapan kedua, benang pakan yang telah diproses sebagaimana dalam tulisan: Proses Pembuatan Kain Tenun Ikat ATBM: Membuat Benang Pakan (2) kemudian di proses "bongkar" atau "BUNGKAR" yakni memisahkan benang lungsi dalam satu plangkan menjadi bagian2 kecil untuk memudahkan proses menenun dan menentukan ukuran kain yang akan dibuat.

Bagian bagian kecil benang dipindahkan dengan cara digulung pada PALETAN menggunakan alat JONTRO. Proses ini dinamakan MALET

lungsi ke dalam SEKOCI. Iya, namanya sekoci. Mungkin karena bentuknya mirip sekoci di laut ya, he...

Dalam alat tenun, hentakan tangan sang penenun membuat sekoci pembawa gulungan benang pakan ini bergerak ke kiri ke kanan menyelusup diantara benang lungsi yang direnggang selang seling akibat hentakan kaki.



Benang yang sudah "dianyam" menjadi kain tenun yang tergulung dibagian bawah alat tenun. Biasanya, setiap hari kamis sore gulungan ini dipotong. Dihitung ada berapa kain yang dihasikan dan ditukarkan upah kepada Juragan. Kain tenun siap dah dikirim ke rumah kita. Kalau sudah punya kain tenun, jangan lupa Tips dan Cara Merawat Kain Tenun ya?

Kurang puas hanya membaca, mau lihat langsung prosesnya? Atau sekalian coba menenun? Yuk, kunjungi workshop http://tenuncantik.com/ di Sentra Tenun Troso Jepara. Gratis. Tapi konfirmasi jauh-jauh hari ya..
Continue reading

Jumat, 28 Juni 2013

Proses Pembuatan Kain Tenun Ikat ATBM: Membuat Benang Pakan (2)

proses tenun
Mengikat benang pada plangkan
Menghasilkan kain tenun ikat tradisional yang cantik berkualitas seperti dijual di http://tenuncantik.com/ membutuhkan proses yang rumit dan unik. Keterampilan turun temurun itu tak jarang membuat wisatawan berdatangan untuk melihat langsung proses pembuatannya. Lewat tulisan, bisa juga kok kita ikuti cara membuat kain tenun endek atau misris.

Pada tulisan sebelumnya, kita telah mengikuti Proses Pembuatan Kain Tenun Ikat ATBM: Membuat Benang Lungsi (1). Setelah benang lungsi terpasang pada alat tenun, tinggal menunggu benang pakannya. Nah, kali ini kita akan mengamati bagaimana membuat benang pakan.

BENANG TENUN untuk pakan disiapkan terlebih dahulu. Kualitas benang berbeda-beda loh, secara garis besar ada dua jenis yaitu katun biasa dan katun mercerised. Lebih jelasnya, baca ini: Ragam Benang Katun untuk Tenun Ikat. Ada juga loh yang menggunakan benang jenis lain seperti rayon, polyester, atau viscos.

Menyepul menggunakan Jontro
Benang tenun pakan di pasangkan pada SEPULAN melalui proses NYEPUL menggunakan JONTRO. Proses ini sama seperti proses menyepul pada benang lungsi. Bedanya, benang yang terpasang pada sepulan kali ini dibawa ke tempat proses NGETENG.

Pada proses ngeteng, benang pakan yang tersusun dipasangkan pada alat segi empat yang disebut PLANKAN. Hasilnya, benang pakan terpasang rapi berjajar. Pada plankan inilah digambar motif atau sketsa yang nantinya menjadi motif dalam kain tenun.

Membuat Corak Kain Tenun
Nah, setelah selesai dibuat sketsa corak plankan dibawa ke pekerja ikat. Beberapa bagian diikat dengan warna tali rafia yang berbeda. Proses MENGIKAT merupakan proses unik yang tidak ditemukan pada kain tradisional lain. Tak heran, orang Barat sering menyebut kain tenun dengan sebutan IKAT atau IKKAT. Ternyata, itu dari kata dalam bahasa Indonesia loh...hehe..

Dari proses ikat, benang dilepas dari plankan dalam kondisi masih terikat bagian bagiannya dan dilakukan proses pewarnaan yang disebut MENTER. Warna yang diberikan pertama kali adalah warna paling gelap. Alasannya, warna pertama ini akan juga dicelupkan ke warna kedua sehingga warna pertama lebih gelap dari warna kedua.

Mbatil dan Ngopesi, melepas ikatan
Selesai warna pertama, kain tenun dijemur sampai kering. Kalau cuaca tidak panas, menjemur bisa memakan waktu berhari-hari. Setelah kering, baru proses pewarnaan kedua disiapkan. Caranya, bagian yang akan diwarna menggunakan warna kedua dipotong simpul ikatannya yang disebut proses MBATIL yang dilanjutkan proses NGOPESI atau mengupas yaitu melepas tali rafia pada bagian yang akan diwarna menggunakan warna kedua. Baru dah, benang dicelupkan pada pewarna kedua, dan dijemur lagi.

Proses mengikat, mencelupkan pewarna, menjemur, dan melepaskan ikatan, dilakukan berulang-ulang sesuai ragam warna corak yang dikehendaki. Terkadang, proses ini juga menggunakan teknik tali ulang, gosokan dan teknik pewarnaan sekunder lain. Pada proses ikat ini tak jarang pengrajin juga mempunyai TEKNIK RAHASIA tersendiri untuk menghasilkan corak dan warna yang unik seperti yang ada di http://tenuncantik.com/. Kalo sudah rahasia, nggak boleh deh kita intip, aduuuh.... Tapi setidaknya, kita tahu gambarannya secara umum khan?

Sampai sini, bisa dibilang proses pembuatan benang pakan selesai. Namun, benang pakain ini masih harus diperoses lagi untuk menjadi kain tenun. Penasaran? Lanjutkan baca: Proses Pembuatan Kain Tenun Ikat ATBM: Menenun Benang Menjadi Kain Tenun (3)






Continue reading

Minggu, 17 Maret 2013

Perbedaan Kain Batik dengan Kain Tenun Ikat

Perbedaan antara kain tenun dengan kain batik belum banyak diketahui oleh masyarakat umum. Keragaman kain tradisional Indonesia salah satunya tercermin dengan munculnya kain batik yang kemudian disusul kain tenun yang mulai populer.

Sekilas, antara kain batik dan kain tenun seperti tak ada bedanya. Tak jarang kain tenun pun dianggap sebagai salah satu jenis batik dengan sebutan "batik tenun". Benarkah demikian?

Bila kita telusuri cara pembuatannya, kedua jenis kain tradisional itu ternyata mempunyai perbedaan yang sangat kontras. Meski hasilnya sekilas seperti sama, proses pembuatan kain tenun ternyata lebih kompleks dan melibatkan kerjasama banyak orang untuk menghasilkan produk kain. Sedangkan membuat kain batik dapat dilakukan oleh satu orang saja.

Perbedaan yang paling mendasar antara kain tenun dengan kain batik ada pada tahap menggambar corak. Pada kain tenun, media dasarnya masih berupa benang yang kemudian dibuat corak dan diwarnai masih dalam wujud benang. Setelah proses membuat corak dan warna selesai, baru benang itu ditenun menjadi kain. Proses dan cara membuat kain tenun ikat selengkapnya akan kita kupas pada artikel: membuat benang lungsi, membuat benang pakan dan memenun benang menjadi kain.

Sedangkan pada batik, media dasarnya sudah berbentuk kain atau yang dikenal dengan sebutan "mori". Mori dapat berupa kain tenun polos atau kain tekstil buatan pabrik. Pada kain mori itulah dibuat corak dan di warnai. Maka sebutan "batik tenun" sebenarnya merupakan sebutan untuk kain batik yang dibuat dari kain tenun polos. Proses dan cara membuat batik akan kita ulas pada artikel lain.

Nah, sekarang jelas kan perbedaan antara kain tenun dengan kain batik? Meski berbeda, keduanya adalah kekayaan budaya bangsa Indonesia tercinta. Mari kita lestarikan


Continue reading

Jumat, 22 Februari 2013

Ragam Benang Katun untuk Tenun

Tenuna - Kerajinan kain tenun dihasilkan dari proses persilangan benang-benang yang diproses dengan alat tenun tradisional dengan tenaga manual. Agar menjadi kain tenun yang cantik seperti yang disediakan http://tenuncantik.com/, semua benang harus melalui Proses Pembuatan Kain Tenun Ikat ATBM yang panjang dan rumit serta unik.

Nah, benang apa saja yang biasa digunakan sebagai bahan pembuat kain tenun? Mari kita kupas satu persatu.

Benang Katun Mercerised (mercerized cotton)
Benang katun mercerized adalah jenis benang katun yang dihasilkan melalui proses tertentu yang membuat benang lebih kuat, lebih berkilau dan minim susut. Proses mercerisasi juga membuat benang tidak mudah berjamur, lebih mudah menyerap pewarna yang membuat warna di kain terlihat lebih kuat dan lebih cemerlang.

Proses mercerisasi awalnya dikembangkan oleh John Mercer, seorang ahli kimia Inggris yang mematenkan metode proses tersebut tahun 1851. Namun metode ini baru popular tahun 1890 ketika Horace Lowe sedikit mengubah proses demi menghasilkan serat benang yang lebih berkilau. Jenis benang yang diproses dengan cara mercerisasi sering dikenal dengan benang mutiara (pearl yarn). Benang katun mercerized biasanya digunakan untuk membuat tenun atau rajut halus.

Benang katun mercerised sering digunakan dalam pembuatan tenun misris Troso Jepara dan tenun endek Bali yang mengutamakan standar kualitas tinggi seperti http://tenuncantik.com/. Benang ini juga dikenal dengan katun super quality.

Benang Katun Kombet (combed cotton)
Katun kombet adalah versi katun yang sangat lembut. Serat kapas diolah dengan proses spesial sebelum dipintal menjadi benang. Secara umum, katun kardet harganya lebih mahal dari katun biasa. Bahannya yang lembut dan adem sangat nyaman di kulit.

Setelah proses penggarukan (carding), kapas disisir menggunakan sikat yang lebih halus untuk mengeluarkan kembali kotoran yang tersisa, juga menghilangkan serat kapas yang pendek seperti bulu. Sekitar 15% dari volume dihilangkan, hanya menyisakan serat panjang, lurus yang seragam dan selaras. Potongan kapas disisir kemudian dipintal menjadi benang.

Benang katun kombet digunakan dalam pembuatan tenun misris Troso Jepara dan tenun endek Bali. Sering digunakan pula dalam pembuatan tenun etnik tebal seperti selendang, syal dan kain tenun seperti kain tenun Nusa Tenggara Timur (NTT).

Benang Katun Kardet (Carded cotton)
Katun carded adalah kapas yang telah disiapkan untuk dipilin (spinning) menjadi benang. Carding merupakan langkah penting dalam pengolahan tekstil agar biji dan kotoran di kapas keluar ketika sedang menyelaraskan serat untuk membuat kapas lebih mudah dipilin. Tanpa carding, benang katun akan kasar dan sangat rapuh.

Benang katun kardet umumnya digunakan untuk membuat kain tenun tebal seperti kain NTT.

Perbedaan jenis katun perlu diperhatikan karena beda jenis katun beda pula cara perawatannya. Lihat Tips Cara Merawat Kain Tenun Ikat untuk lebih jelasnya.
Continue reading