Sabtu, 16 November 2013

Proses Pembuatan Kain Tenun Ikat ATBM: Menenun Benang Jadi Kain (3)

Alat tenun dengan sekoci di atasnya
Berbeda dengan batik, kerajinan tenun tidak hanya membuat kreasi pola dan gambar. Keunikan kain juga ditentukan oleh proses mengolah benang menjadi kain melalui alat tenun bukan mesin (ATBM). Pada tahap inilah akan menentukan selembar kain sesuai standar kualitas produk http://tenuncantik.com/ atau hanya terlihat bagus dalam foto. Dalam proses menenun, dalam kerapatan benang, kerapian motif dan kehalusan kain akan terbentuk.

Pada persiapan awal, pastikan benang lungsi atau lusi sudah siap terpasang pada alat tenun. Silakan baca prosesnya di tulisan: Proses Pembuatan Kain Tenun Ikat ATBM: Membuat Benang Lungsi (1). Pemasangan benang lungsi juga memerlukan penyetelan meliputi tinggi rendahnya bum, rapat kendornya benang, dan aspek lain yang harus "pas". Proses ini pun mirip setting motor dalam balapan, tidak ada ukuran baku harus dicoba kemudian yang kurang pas diperbaiki. Sering dikenal dengan istilah NYETEL atau membuat setelan yang pas.

Persiapan kedua, benang pakan yang telah diproses sebagaimana dalam tulisan: Proses Pembuatan Kain Tenun Ikat ATBM: Membuat Benang Pakan (2) kemudian di proses "bongkar" atau "BUNGKAR" yakni memisahkan benang lungsi dalam satu plangkan menjadi bagian2 kecil untuk memudahkan proses menenun dan menentukan ukuran kain yang akan dibuat.

Bagian bagian kecil benang dipindahkan dengan cara digulung pada PALETAN menggunakan alat JONTRO. Proses ini dinamakan MALET

lungsi ke dalam SEKOCI. Iya, namanya sekoci. Mungkin karena bentuknya mirip sekoci di laut ya, he...

Dalam alat tenun, hentakan tangan sang penenun membuat sekoci pembawa gulungan benang pakan ini bergerak ke kiri ke kanan menyelusup diantara benang lungsi yang direnggang selang seling akibat hentakan kaki.



Benang yang sudah "dianyam" menjadi kain tenun yang tergulung dibagian bawah alat tenun. Biasanya, setiap hari kamis sore gulungan ini dipotong. Dihitung ada berapa kain yang dihasikan dan ditukarkan upah kepada Juragan. Kain tenun siap dah dikirim ke rumah kita. Kalau sudah punya kain tenun, jangan lupa Tips dan Cara Merawat Kain Tenun ya?

Kurang puas hanya membaca, mau lihat langsung prosesnya? Atau sekalian coba menenun? Yuk, kunjungi workshop http://tenuncantik.com/ di Sentra Tenun Troso Jepara. Gratis. Tapi konfirmasi jauh-jauh hari ya..
Continue reading

Jumat, 28 Juni 2013

Proses Pembuatan Kain Tenun Ikat ATBM: Membuat Benang Pakan (2)

proses tenun
Mengikat benang pada plangkan
Menghasilkan kain tenun ikat tradisional yang cantik berkualitas seperti dijual di http://tenuncantik.com/ membutuhkan proses yang rumit dan unik. Keterampilan turun temurun itu tak jarang membuat wisatawan berdatangan untuk melihat langsung proses pembuatannya. Lewat tulisan, bisa juga kok kita ikuti cara membuat kain tenun endek atau misris.

Pada tulisan sebelumnya, kita telah mengikuti Proses Pembuatan Kain Tenun Ikat ATBM: Membuat Benang Lungsi (1). Setelah benang lungsi terpasang pada alat tenun, tinggal menunggu benang pakannya. Nah, kali ini kita akan mengamati bagaimana membuat benang pakan.

BENANG TENUN untuk pakan disiapkan terlebih dahulu. Kualitas benang berbeda-beda loh, secara garis besar ada dua jenis yaitu katun biasa dan katun mercerised. Lebih jelasnya, baca ini: Ragam Benang Katun untuk Tenun Ikat. Ada juga loh yang menggunakan benang jenis lain seperti rayon, polyester, atau viscos.

Menyepul menggunakan Jontro
Benang tenun pakan di pasangkan pada SEPULAN melalui proses NYEPUL menggunakan JONTRO. Proses ini sama seperti proses menyepul pada benang lungsi. Bedanya, benang yang terpasang pada sepulan kali ini dibawa ke tempat proses NGETENG.

Pada proses ngeteng, benang pakan yang tersusun dipasangkan pada alat segi empat yang disebut PLANKAN. Hasilnya, benang pakan terpasang rapi berjajar. Pada plankan inilah digambar motif atau sketsa yang nantinya menjadi motif dalam kain tenun.

Membuat Corak Kain Tenun
Nah, setelah selesai dibuat sketsa corak plankan dibawa ke pekerja ikat. Beberapa bagian diikat dengan warna tali rafia yang berbeda. Proses MENGIKAT merupakan proses unik yang tidak ditemukan pada kain tradisional lain. Tak heran, orang Barat sering menyebut kain tenun dengan sebutan IKAT atau IKKAT. Ternyata, itu dari kata dalam bahasa Indonesia loh...hehe..

Dari proses ikat, benang dilepas dari plankan dalam kondisi masih terikat bagian bagiannya dan dilakukan proses pewarnaan yang disebut MENTER. Warna yang diberikan pertama kali adalah warna paling gelap. Alasannya, warna pertama ini akan juga dicelupkan ke warna kedua sehingga warna pertama lebih gelap dari warna kedua.

Mbatil dan Ngopesi, melepas ikatan
Selesai warna pertama, kain tenun dijemur sampai kering. Kalau cuaca tidak panas, menjemur bisa memakan waktu berhari-hari. Setelah kering, baru proses pewarnaan kedua disiapkan. Caranya, bagian yang akan diwarna menggunakan warna kedua dipotong simpul ikatannya yang disebut proses MBATIL yang dilanjutkan proses NGOPESI atau mengupas yaitu melepas tali rafia pada bagian yang akan diwarna menggunakan warna kedua. Baru dah, benang dicelupkan pada pewarna kedua, dan dijemur lagi.

Proses mengikat, mencelupkan pewarna, menjemur, dan melepaskan ikatan, dilakukan berulang-ulang sesuai ragam warna corak yang dikehendaki. Terkadang, proses ini juga menggunakan teknik tali ulang, gosokan dan teknik pewarnaan sekunder lain. Pada proses ikat ini tak jarang pengrajin juga mempunyai TEKNIK RAHASIA tersendiri untuk menghasilkan corak dan warna yang unik seperti yang ada di http://tenuncantik.com/. Kalo sudah rahasia, nggak boleh deh kita intip, aduuuh.... Tapi setidaknya, kita tahu gambarannya secara umum khan?

Sampai sini, bisa dibilang proses pembuatan benang pakan selesai. Namun, benang pakain ini masih harus diperoses lagi untuk menjadi kain tenun. Penasaran? Lanjutkan baca: Proses Pembuatan Kain Tenun Ikat ATBM: Menenun Benang Menjadi Kain Tenun (3)






Continue reading