Sabtu, 23 Mei 2015

Ragam Teknik Membuat Kain Tenun

Membuat sehelai kain tenun tidak hanya dengan satu cara. Beragam teknik menenun diungkapkan oleh Benny Gratha Asisten Kurator Museum Tekstil.

Apa saja teknik mengubah benang benjadi sehelai kain? Benny menjelaskan kepada masyarakat sebagaimana dikutip Kompas.com. Pertama, teknik sederhana. Teknik yang disebut paling mudah ini menghasilkan kain dengan motif polos, garis-garis/ lurik, atau kotak-kotak. Penghasil utama kain jenis lurik adalah daerah Jawa, khususnya Klaten Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Kedua, teknik pakan atau lungsi yang juga dikenal dengan teknik songket. Pakan merupakan benang yang digunakan untuk menenun dengan posisi mendatar/ horizontal. Sebaliknya, benang yang dipasang pada alat tenun secara vertikal dikenal dengan sebutan lungsi. Teknik songket membutuhkan waktu pembuatan yang lama karena benang pakan "dianyam" diantara benang lungsi untuk membuat corak kain.

Daerah yang dikenal sebagai penghasil songket adalah pulau Sumatra yang mempunyai ciri khas warna mengkilap hasil dari benang emas atau perak yang digunakan. Daerah lainnya adalah Bali yang cenderung menggunakan katun dan sutra sebagai bahan baku.

Ketiga, teknik tenun ikat. Menurut Benny, tenun ikat dibuat dengan cara mengikat benang sesuai corak yang kemudian dicelup ke cairan pewarna. Setelah kering, ikatan pada benang dilepas dan ditenun menjadi kain. Hasilnya, kain tenun memiliki corak dan warna berbeda.

Di wilayah Barat Indonesia seperti Sumatra dan Jawa, benang yang diikat biasanya benang pakan. Tekniknya dikenal dengan nama ikat pakan. Sebaliknya hampir semua daerah penghasil tenun di wilayah Timur Indonesia menggunakan teknik ikat lungsi. Perkecualian daerah Sulawesi seperti Donggala yang lazim menggunakan ikat pakan.

Teknik ikat yang disebut-sebut paling sulit adalah teknik dobel ikat. Dengan teknik ini, benang lungsi dan benang pakan keduanya diikat dan dicelup warna untuk memberi corak. Sewaktu ditenun, posisi corak benang pakan dan benang lungsi mesti tepat agar corak yang dikehendaki dapat terlihat.

Menurut Benny, di dunia hanya ada tiga negara yang mampu membuat tenun teknik dobel ikat, India, Jepang, dan Indonesia. Di Indonesia, dobel ikat dihasilkan oleh pengrajin daerah Tenganan, Bali.

Ketiga teknik dasar itu dapat pula digabungkan seperti penggunaan teknik songket dan tenun ikat secara bersama dalam pembuatan kain Limar di palembang atau Cual di Bangka Belitung. Sedangkan gabungan teknik tenin sederhana dengan sulam tangan menghasilkan kain Tapis di daerah Lampung.

Continue reading

Jumat, 22 Februari 2013

Ragam Benang Katun untuk Tenun

Tenuna - Kerajinan kain tenun dihasilkan dari proses persilangan benang-benang yang diproses dengan alat tenun tradisional dengan tenaga manual. Agar menjadi kain tenun yang cantik seperti yang disediakan http://tenuncantik.com/, semua benang harus melalui Proses Pembuatan Kain Tenun Ikat ATBM yang panjang dan rumit serta unik.

Nah, benang apa saja yang biasa digunakan sebagai bahan pembuat kain tenun? Mari kita kupas satu persatu.

Benang Katun Mercerised (mercerized cotton)
Benang katun mercerized adalah jenis benang katun yang dihasilkan melalui proses tertentu yang membuat benang lebih kuat, lebih berkilau dan minim susut. Proses mercerisasi juga membuat benang tidak mudah berjamur, lebih mudah menyerap pewarna yang membuat warna di kain terlihat lebih kuat dan lebih cemerlang.

Proses mercerisasi awalnya dikembangkan oleh John Mercer, seorang ahli kimia Inggris yang mematenkan metode proses tersebut tahun 1851. Namun metode ini baru popular tahun 1890 ketika Horace Lowe sedikit mengubah proses demi menghasilkan serat benang yang lebih berkilau. Jenis benang yang diproses dengan cara mercerisasi sering dikenal dengan benang mutiara (pearl yarn). Benang katun mercerized biasanya digunakan untuk membuat tenun atau rajut halus.

Benang katun mercerised sering digunakan dalam pembuatan tenun misris Troso Jepara dan tenun endek Bali yang mengutamakan standar kualitas tinggi seperti http://tenuncantik.com/. Benang ini juga dikenal dengan katun super quality.

Benang Katun Kombet (combed cotton)
Katun kombet adalah versi katun yang sangat lembut. Serat kapas diolah dengan proses spesial sebelum dipintal menjadi benang. Secara umum, katun kardet harganya lebih mahal dari katun biasa. Bahannya yang lembut dan adem sangat nyaman di kulit.

Setelah proses penggarukan (carding), kapas disisir menggunakan sikat yang lebih halus untuk mengeluarkan kembali kotoran yang tersisa, juga menghilangkan serat kapas yang pendek seperti bulu. Sekitar 15% dari volume dihilangkan, hanya menyisakan serat panjang, lurus yang seragam dan selaras. Potongan kapas disisir kemudian dipintal menjadi benang.

Benang katun kombet digunakan dalam pembuatan tenun misris Troso Jepara dan tenun endek Bali. Sering digunakan pula dalam pembuatan tenun etnik tebal seperti selendang, syal dan kain tenun seperti kain tenun Nusa Tenggara Timur (NTT).

Benang Katun Kardet (Carded cotton)
Katun carded adalah kapas yang telah disiapkan untuk dipilin (spinning) menjadi benang. Carding merupakan langkah penting dalam pengolahan tekstil agar biji dan kotoran di kapas keluar ketika sedang menyelaraskan serat untuk membuat kapas lebih mudah dipilin. Tanpa carding, benang katun akan kasar dan sangat rapuh.

Benang katun kardet umumnya digunakan untuk membuat kain tenun tebal seperti kain NTT.

Perbedaan jenis katun perlu diperhatikan karena beda jenis katun beda pula cara perawatannya. Lihat Tips Cara Merawat Kain Tenun Ikat untuk lebih jelasnya.
Continue reading